“Selamat pagi Orthopedi..!!”
Suara teriakan itu sukses mengalihkan perhatianku dari buku tulis yang penuh dengan coretan. Hari itu sama seperti hari-hari biasa. Well, hampir sama sebenarnya. Hari ini akan ada ujian Kimia, kebetulan pada bab Koloid. Mataku berkeliaran mencari sumber suara tersebut. Sejurus kemudian, mataku tertuju pada seorang anak perempuan bertubuh gempal yang tersenyum dengan riang.
“Halo Orthopedi!!”, teriaknya lagi. Cepat-cepat aku tersenyum untuk membalas sapanya. Bisa-bisa tambah keras nanti, pikirku. Aku memandangi pintu seolah ingin menjadi saksi kehadiran teman sekelasku. Aliran kedatangan murid yang memasuki ruangan kelas bagaikan sungai. Perlahan namun pasti, membawa suara gemericik. Aku mengalihkan pikiranku kepada asal mula mengapa nama ini tersemat pada diriku
…
Aku hanya seorang anak lelaki berusia 17 tahun. Pada usia ini, para remaja dikatakakan sedang mengalami masa perkembangan. Baik itu secara mental ataupun secara fisik. Tak terkecuali denganku. Beberapa tahun yang lalu tubuhku masih agak gendut bila dibandingkan dengan anak-anak kebanyakan. Namun sekarang rupanya tubuhku juga mulai bergerak ke atas. Nampaknya, ingin mengimbangi ukuran tubuhku yang lebar. Perkembangan tubuh ke atas ini rupanya cukup cepat bila dibandingkan anak lelaki yang lain. Akibatnya, tubuhku menjadi lebih tinggi daripada beberapa anak yang seumuran denganku. Meskipun demikian, aku tidak terlalu khawatir dengan hal ini. Karena, meskipun tidak terlalu banyak, ada beberapa anak lain yang memiliki tubuh yang tinggi layaknya diriku. Hanya, mereka lebih jago tatkala bermain Basket.
Tidak ada yang istimewa pada hari itu. Matahari masih terbit tepat waktu. Awan pun masih berenang dengan tenang di lautan langit yang luas. Saat itu aku memasuki ruangan kelas yang bakal aku huni selama setahun ini. Tak sengaja aku melihat ada sebuah selebaran iklan yang berada di atas meja. Ada beberapa lembar di sana. Karena pelajaran belum dimulai dan tidak ada PR yang harus dikerjakan, aku pun membaca selebaran tersebut.
Anda kurang percaya diri karena tinggi badan anda?Jangan kuwatir, kami punya solusinya...Orthopedisebuah jawaban untuk masalah andaKami akan menambah tinggi badan anda menggunakan mesin tercanggih kami..Tanpa rasa sakit, tanpa efek samping, dan permanenJadi tunggu apa lagi?
hubungi kami segera di:
XXX XXX
Aku hanya tersenyum melihat iklan ini. Ternyata orang bisa kekurangan percaya diri karena hanya karena tinggi badan. Dan mungkin juga karena keterbatasan fisik mereka yang lain. Padahal aku yakin, dalam diri mereka terdapat keunggulan yang membuat mereka berbeda dan memunyai peran di dunia.
Teman sekelasku yang lain, tak terasa, sudah semakin banyak yang datang. Di antara mereka ada satu orang. Namanya Lansa. Ia melihatku memandangi kertas iklan tadi. Ia kemudian mendekatiku dan dengan cepat merebut kertas tersebut dari tanganku.
"Apa ini?", tanyanya kepadaku.
"Hanya sebuah iklan", jawabku.
Ia memandangi kertas tersebut selama beberapa jurus. Kemudian ia menatapku dengan tatapan ganjil, seolah-olah aku makhluk dari Mars yang baru saja sampai di Bumi.
"Rif, kamu pake Orthopedi ya??", tanyanya tiba-tiba.
"Hah??", teriakku kaget.
"Enggak lah.. ini alami... ", kataku membela diri.
Tiba-tiba ia berlari sekeliling kelas dan berteriak
"Orthopedi... Orthopedi..", sambil membagi-bagikan kertas selebaran itu. Dan Kau tahu? Mereka semua memandangi aku dengan senyum aneh.
Hari telah berganti. Begitu juga dengan nama panggilanku. Beberapa hari setelah peristiwa itu, aku memiliki nama julukan baru. Ya, Kau rupanya sudah bisa menebak ya? Orthopedi. Meskipun demikian, aku tak lalu bersedih. Mengapa? Karena efek iklan itu tidak hanya terjadi di kelasku saja. Di kelas lain, beberapa siswa dengan tinggi badan yang hampir sama denganku mendapatkan julukan yang sama. Orthopedi.
...
Tak kenal lelah, aku berusaha menghentikan panggilan tersebut. Namun bagaikan senjata yang memakan tuannya, panggilan tersebut justru semakin santer terdengar. Bahkan ketika teman seperjuangan (mereka yang dipanggil Orthopedi juga) sudah berhasil, aku masih gagal. Apa daya, aku pun menghentikan usahaku. Aku hanya mencoba berpikir positif, hitung-hitung menghibur orang.
Dan ketika ibu guruku masuk ke kelas dan berkata,
"Orthopedi, jangan melamun saja.. Bantuin ibu membagi soal", aku pun hanya berkata, "
Ya bu!!"
IPA 12: I'll always remember you!!